Rabu, 29 Februari 2012

Cerita Anjing...



Aku sangat senang dengan anjing. Anjing yang bersih dan wangi sangat menyenangkan untuk diajak bermain atau sekedar di belai-belai. Anjing itu paling suka dibelai di mukanya, kupingnya dan juga perutnya. Ekornya akan menari-nari jika dia sedang senang. Dan ekornya akan mengkerut kalo dia takut atau merasa tidak nyaman.

Dari mama dan papaku aku mendapat cerita waktu itu rumahku di Senayan Banjir, dan aku baru berumur 4 bulan. Sementara papa dan mama siap-siap mengungsi aku diletakkan di meja tamu dengan ditungguin Tego anjing kami. Tego berjaga disebelahku sampai papa dan mamaku datang dan mengambilku. Itu kisah pertamaku tentang anjing. Tidak semua kuingat, berharap adik2ku bisa membantuku mengingatnya kelak.

Waktu kami tinggal di jalan Nusa Indah, kami punya anjing warnanya hitam campur putih, namanya Tego sama dengan anjing pertamaku. Tego ini punya banyak anak, dan aku senang sekali ketika harus memandikan anak2nya. Biasanya kami masukin semua anak2 dalam ember yg sudah ada sabunnya. Aku dan adik2ku memegang anak anjing itu mulai memandikannya. Kami sangat sedih pada saat Tego ketabrak mobil dikala masih menyusui anak2nya. Papa member minum air kelapa dan merawat tego, juga mama dan mbak Nah. Akhirnya Tego pulih dan bermain bersama kami lagi. Waktu kami tinggal di rumah embah, Tego juga ikut. Tego bergabung dengan anjing lain sehingga dia kotor dan kutuan. Mama marah pada kami karena sering membawa Tego tidur bersama di tempat tidur. Karena kami tidak menggubris maka mama menyerahkan Tego untuk dimasak pada acara pemuda di gereja kami. Kami mempertahankan Tego dan kami semua menangis saat Tego di bawa pergi untuk dimasak. Mama dan Papa menghibur kami dengan menghadirkan anjing baru tentunya…

Aku punya anjing  jenis Doberman, kami beri nama Chiko, Chiko di bawa adikku Lorry kerumahku . Chiko kecil sangat lucum ketika bertambah besar dia jadi ramping, galak dan semua orang takut. Kalo kami lagi tiduran di ubin chiko akan melewati kami dengan kakinya yang tinggi dan ramping itu. Chiko suka mengunyah es batu hehehe…lucu kan…dan bila ada orang marah dia sangat sensitive dan bersembunyi dibawah kolong tempat tidur mbah putriku hehe. Setelah dirayu bahwa kami nggak marahin dia, dia akan keluar dari kolong. Semenjak ada chiko tidak ada kucing yang masuk dirumahku, tamupun pasti ketok-ketok pagar dulu walau pintu pagar tidak dikunci. Chiko tidak suka pada perempuan tua, kalo ada perempuan tua sahabat mbah putriku datang, dia pasti akan garang, bahkan ada yang pakaiannya terkoyak krn Chiko. Kalo tamu mau pulang dan kami mengantarkannya sampai ke pintu depan, Chiko mengikuti dari belakang, dan dia akan berpegangan di pundak papa sambil mengantarkan si tamu pulang. Sebagai anjing dobermen chiko perlu lari untuk melemaskan otot-otot kakinya, dan adikku Dolling selalu membawanya lari-lari di sore hari. Selain itu kadang chiko disuruh lari dijalanan depan rumah kami sampai ke jalan raya, dan biasanya tidak ada manusia dijalan itu, karena takut digigit. Padahal chiko tidak pernah menggigit orang, kalo menakuti sih sering. Ceritanya begini, adikku victor memelihara ayam di belakang rumah, dan kami meminta chiko menjaga supaya ayam-ayam kecil itu tidak masuk kedalam rumah. Rupanya chiko bekerja dengan baik, dia berjaga dekat pintu tengah sambil pura-pura tidur, begitu ayam masuk kerumah, chiko kejar itu ayam dan kemudian meletakkan dimulutnya sambil diayun-ayun untuk beberapa saat. Setelah itu dilepaskannya ayam itu. Hmmmm ayam mana yang nggak kapok digituin chuiii…chiko chiko. Suatu hari Chiko sakit dan sempat dibawa ke rumah sakit, dia kena parvo, dan kondisinya makin parah dari hari ke hari walaupun sudah ke dokter. Adikku Ubing menemaninya siang dan malam. Dia tak berdaya bahkan untuk sekedar mengangkat tubuhnya. Suatu malam kondisinya makin parah, dan dia menunggu papaku untuk pamitan. Waktu dengar suara papa pulang chiko berusaha bangkit dari tidurnya dan menemui papa di muka pintu, di dekapan papa Chiko pergi untuk selama-lamanya. Waktu itu jam 23.00 wib, kami semua menanngis melepas Chiko. Mbah putriku yang baru bangun karena mendengar kami menangis protes, heh pada diem nanti dikira aku yang meninggal….ah mbah putri ini emang lucu deh. Paginya papa mengubur Chiko dihalaman belakang, dan papa kecapekan karena Chiko seperti orang saja panjangnya. Dan kami sering memberi bunga di kuburan chiko kala itu.

Paska Chiko kami berganti-ganti punya anjing tapi tak lama sehingga tidak begitu membekas sih ADA Poland, Bronie, dll, pernah juga anjing bulldog kecil, masih kecil aja makannya banyak banget chuii, kalo abis makan perutnya bundar dan kalo dia duduk perutnya menyentuh lantai, lucu banget sih…tapi sayang dia hilang saat pintu pagar tidak tertutup rapat.
Oh ya waktu aku kuliah di Semarang aku dan teman-teman sekontrakan pernah punya 2 anjing. Warna putih kami beri nama Celin dan yang hitam kami namai Witni. Baru sebulan bersama kami, lagi-lagi mereka terserang parvo. Kami membawanya ke rumah sakit anjing di Semarang dengan bantuan Nino kawanku dengan mitun mobilnya hehehe…begitupun ketika menengok kedua anjing itu, kawanku Nino juga mengantar kami kesana. Thanks Nino… Celin akhirnya gak kuat dan mati, Witni terus bersama kami. Sebagai anak kost tentu tidak mudah memelihara anjing.  Aku dan temanku Antin mensiasatinya. Kalo aku atau Antin makan maka bagi dua untuk si Witni hehehe. Witni tumbuh menjadi anjing pintar dan terawat. Aku dan Antin bergantian memandikannya. Sehabis mandi kami sering menyuruhnya berlarian untuk mengeringkan bulunya yang panjang dan mengkilap. Suatu kali Witni muntah air beberapa kali, kami panic, dan karena aku dan Antin kuliah pagi maka kami hanya memberikan air kelapa. Kondisi Witni waktu kami tinggalkan sudah membaik. Waktu kami pulang kondisinya makin parah, dan Witni pergi di pangkuanku dan Antin. Aku menangis sejadi-jadinya, banyak teman yang datang ikut berduka. Aku membalut Witni dengan kaos dan menguburkannya. Kata orang ada yang meracun Witni, terkutuklah orang itu deh…setelah dimakamkan kami berkumpul dirumah, dan semua teman menggodaku “baru tau Sinnal kalo nangis kenceng” dan kami semua tertawa…

Suatu sore adikku Vic membawa anjing warna hitam dan coklat pada mata dan kakinya, semua kami mengejek…kok anjing jelek banget sih…dank arena Vic bersikekeh memelihara anjing itu maka kami tak ada yang protes, gilanya nggak ada yg kasih nama ke anjing itu…akhirnya karena gak ada panggilan dipanggilah dia Acil yang merupakan singkatan dari asu cilik (acil) hehehe. Vic dibantu sibungsu yang merawat anjing itu. Dan ternyata hampir 13 tahun Acil bersama dengan keluargaku. Dia anjing yang sangat cerdas dan setia. Saat mbah putriku tinggal dirumah sendiri, acil berjaga di pintu depan, setiap mbah putri pergi dia mengikutinya sampai mbah putriku menyuruhnya pergi.  Begitupun ketika aku atau adik-adikku pulang kerumah, acil akan menyambut kami di pagar dan mengikuti kami selama kami dirumah. Dia seakan ikut kagen dan ingin menghabiskan waktu bersama kami. Kata mbah putriku acil sudah melahirkan 13 kali, dan jumlah anaknya antar 4-6. Acil anjing perempuan satu-satunya di kampungku. Oleh karenanya pada saat musim kawin tiba, semua anjing pejantan berkumpul dirumahku, mulai anjing jelek sampai anjing bagus. Walaupun tua acil terlihat manis lho…apalagi kalo abis dimandiin dan dikasih bedak. Kalo pulang ke solo aku selalu memandikan acil lho… Acil seperti mengerti kalo aku mengajaknya bercakap-cakap. Mama dan mbah putri sering menertawaiku kalo melihat aku bercakap-cakap dengan Acil, kalo papaku hanya senyum-senyum, karena papaku juga melakukannya hehehe… Saat papaku meninggal Acilpun ikut terdiam, tidak ada gonggongan ketika banyak orang berdatangan, dia ikut bersedih di tinggal papa seperti kami semua. Natal tahun 2010 aku pulang dan itu terakhir kalinya aku melihat Acil. Sejujurnya waktu itu aku sering marah sama Acil. Kata mama Acil pergi dengan anjing tetangga dan gak pulang lagi….maafin aku ya cil…janji deh kalo kamu pulang aku gak marah-marah lagi deh…

Ada 2 anak Acil yang menjaga rumah, tapi sayang keduanya hilang saat dagingnya menjadi incaran sate-sate anjing yang sangat marak di Solo. Hingga kini tak ada anjing lagi dirumah…namun begitu aku tetap penyuka anjing dan suatu saat jika memungkinkan aku akan memelihara anjing dan tidak memarahinya hingga dia pergi dan tak kembali hehehehe….

buat adik-adikku, kalo ada yang ditambahkan silakan ya...bila ada yang salah ingat, dibenerin ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar